Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Di balik helm dan jaket ojek online, tersembunyi kisah perjuangan para perempuan yang setiap hari berjibaku di jalanan. Mereka adalah para ibu, istri, dan anak perempuan yang memilih profesi driver ojol untuk mencari nafkah, demi menghidupi keluarga dan meraih mimpi. Namun, di setiap kilometer yang mereka tempuh, ada ketidakadilan yang mengintai.
Ya, menjadi driver ojol perempuan berarti menghadapi tantangan ganda. Selain harus berhadapan dengan kerasnya jalanan, mereka juga harus berjuang melawan stereotip dan diskriminasi.
Renny, seorang perwakilan dari Serikat Demokrasi Pengemudi Ojol Indonesia (SDPI), menceritakan berbagai keresahan yang dialami driver ojol perempuan saat Diskusi Publik Aliansi Perempuan Indonesia (API), pada Rabu, 5 Maret 2025.
Dilansir dari Suara.com, Renny menjelaskan bahwa driver ojol perempuan harus bergabung dengan laki-laki yang selalu merokok dan bercanda akan hal-hal yang dapat melecehkan perempuan.
Baca Juga
-
Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
-
Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
-
Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
-
Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
-
Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
-
Kesadaran Tinggi, Akses Terbatas: Tantangan Perawatan Kulit di Indonesia
Hal tersebut tentu membuatnya merasa tidak nyaman karena tidak adanya tempat istirahat yang memadai dan nyaman bagi pengemudi perempuan yang berstatus minoritas.
Tantangan di Jalanan: Pelecehan dan Diskriminasi
Bukan hanya dari sesama pengemudi, tetapi pengemudi perempuan juga menghadapi pelecehan dari pelanggannya. Mereka seringkali mendapatkan komentar yang bernada menggoda hingga tindakan fisik yang tidak pantas.
Disisi lain, pengemudi perempuan juga sering berhadapan dengan diskriminasi dari pengemudi laki-laki.
Banyak yang masih meragukan kemampuan perempuan dalam mengemudikan kendaraan, terutama dalam mencari arah jalan dan menyelesaikan pesanan.
Perempuan dalam hal ini dianggap kurang tangguh dalam bekerja di lapangan, padahal kenyataannya mereka mampu bekerja dengan profesional dan lebih berhati-hati dalam berkendara.
Minimnya Perlindungan Hak Kerja
Pengemudi perempuan juga mengalami keterbatasan dalam mendapatkan hak kerja yang layak. Salah satu masalah yang mereka hadapi adalah tidak adanya sistem cuti melahirkan. Mereka harus tetap bekerja meskipun dalam kondisi hamil, karena jika tidak menarik penumpang akun milik mereka akan dinonaktifkan.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, driver ojol perempuan berharap ada kebijakan yang lebih berpihak kepada mereka.
Sudah saatnya suara mereka didengar dan ketidakadilan yang mereka alami mendapat perhatian lebih luas.
Jika industri transportasi online ingin berkembang lebih baik, maka memastikan kesejahteraan dan keselamatan semua pengemudi, termasuk perempuan, harus menjadi prioritas.
(Sifra Kezia)
Terkini
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?
- Tingkat Kesembuhan Kanker Darah Meningkat Drastis, Apa Rahasianya?
- Eldest Daughter Syndrome: Dampak Psikologis Menjadi Anak Perempuan Pertama