Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Di dunia kerja yang penuh persaingan, banyak orang pakai trik Fake It Till You Make It buat maju. Sederhananya, mereka berstrategi berpura-pura memiliki kepercayaan diri, keterampilan, atau kesuksesan, sampai akhirnya hal itu jadi kenyataan. Misalnya, pura-pura jadi percaya diri saat presentasi, sampai akhirnya benar-benar jadi percaya diri.
Tapi, apakah konsep ini benar ampuh? Atau malah bakal jadi bumerang yang bikin kita terjebak dalam kepalsuan? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Dr. Amy Cuddy, psikolog sosial dari Harvard Business School, menjelaskan bahwa bahasa tubuh dan sikap percaya diri bisa memengaruhi bagaimana orang lain melihat kita, bahkan bisa meningkatkan performa kita sendiri.
Ia mengungkapkan bahwa Power Posing, menampilkan postur tubuh yang percaya diri, meskipun awalnya terasa dibuat-buat, dapat membantu seseorang merasa lebih percaya diri dan meningkatkan peluang sukses.
Baca Juga
-
Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
-
Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
-
Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
-
Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
-
Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
-
Girls Support Girls: Ini Alasan Mengapa Perempuan Harus Saling Mendukung
Hal ini bisa sangat relevan bagi perempuan yang sering menghadapi bias gender di tempat kerja dan harus bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuan mereka.
Berpura-pura dalam konteks Fake It Till You Make It, dapat dianggap sebagai bentuk doa dan harapan. Karena doa tidak selalu harus diucapkan, tindakan pun bisa menjadi doa yang diwujudkan dalam kenyataan.
Dengan berpura-pura menjadi versi diri yang lebih baik, kita sebenarnya sedang berusaha dan berdoa agar suatu hari benar-benar mencapai kualitas tersebut.
Di dunia kerja, banyak profesional, terutama perempuan, dihadapkan pada tantangan yang melampaui keterampilan mereka saat ini.
Dengan menerapkan mentalitas Fake It Till You Make It, mereka bisa lebih proaktif, berani mencoba hal baru, dan mempercepat proses belajar.
Bagi perempuan, ini bisa menjadi cara untuk mengatasi imposter syndrome yang sering membuat mereka meragukan kemampuan diri sendiri meskipun sudah sangat kompeten.
Namun, apa risikonya?
Di sisi lain, ada bahaya besar jika konsep ini disalahgunakan, jika seseorang terlalu mengandalkan kepura-puraan tanpa usaha nyata untuk mengembangkan kemampuan, di mana mereka bisa kehilangan kredibilitas di pekerjaanya.
Cara Menggunakan Fake It Till You Make It dengan Bijak
Agar strategi ini benar-benar memberikan manfaat tanpa menimbulkan risiko, berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:
- Pakai strategi ini buat ningkatin kepercayaan diri. Boleh pura-pura percaya diri di situasi baru, tapi jangan mengaku bisa melakukan sesuatu kalau belum mau belajar.
- Belajar terus. Begitu dapat kesempatan gara-gara strategi ini, langsung upgrade skill agar bisa benar-benar memenuhi ekspektasi.
- Tetap rendah hati. Jangan sampai kepercayaan diri berubah jadi sombong. Tetap menerima masukan, ambil yang penting dan pakai buat jadi lebih baik!.
"Fake It Till You Make It" bisa jadi trik ampuh jika dipakai dengan cara yang benar, dipakai untuk boost kepercayaan diri, dan bikin diri kamu makin berkembang.
Tapi hati-hati, jika hanya modal gaya tanpa usaha upgrade skill, hal ini akan menjadi bumerang yang bikin reputasi hancur.
Intinya, percaya diri itu penting, tapi skill asli juga harus jalan stabil agar karier kamu tidak hanya sekadar terlihat keren, tapi benar-benar mencapai kesuksesan.
(Imelda Rosalina)
Terkini
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?
- Tingkat Kesembuhan Kanker Darah Meningkat Drastis, Apa Rahasianya?
- Eldest Daughter Syndrome: Dampak Psikologis Menjadi Anak Perempuan Pertama