Rabu, 12 Maret 2025
Vania Rossa : Selasa, 11 Maret 2025 | 11:57 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Putus cinta memang nggak enak. Tak hanya hati yang hancur berkeping-keping, dunia juga terasa seperti runtuh. Di tengah kesedihan, tak sedikit yang memutuskan 'move on' dengan menjalin hubungan baru. Tapi hati-hati, terlalu cepat menjalin hubungan setelah putus, bisa membuatmu terjebak pada rebound relationship

Apa Itu Rebound Relationship?

Rebound relationship adalah hubungan yang dijalin segera setelah putus cinta, dengan tujuan untuk melupakan mantan dan mengisi kekosongan hati. Biasanya, hubungan ini terjalin dengan cepat, tanpa proses pendekatan yang matang.

Menurut Psychology Today, hubungan ini sering digunakan sebagai cara untuk 'melupakan' hubungan jangka panjang yang baru saja berakhir.

“Hubungan rebound terjadi ketika seseorang memasuki hubungan baru sebagai reaksi terhadap hubungan sebelumnya, sementara masih berjuang dengan dampak emosional dari perpisahan,” ujar Micaela Stein, LCSW, dari Humantold.

Meski fenomena ini cukup umum terjadi, ada perdebatan mengenai apakah hubungan rebound merupakan pilihan yang sehat atau justru strategi koping yang kurang tepat.

Beberapa ahli berpendapat bahwa hubungan rebound dapat membantu seseorang bangkit dan melanjutkan hidup setelah putus cinta. 

Namun, ada pula yang menganggapnya sebagai cara untuk menghindari proses penyembuhan emosional yang seharusnya dijalani.

Lantas, mengapa seseorang menjalani hubungan rebound? 

Dilansir dari Very Well Mind, seseorang yang mengalami putus cinta sering kali mencari pemenuhan kebutuhan sosial, fisik, dan emosional melalui hubungan baru. 

Namun, dalam prosesnya, mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya. 

Dan bisa saja secara tidak sengaja mengorbankan pasangan baru mereka.

Di sisi lain, hubungan rebound bisa menjadi pengalaman yang positif jika dijalani dengan jujur dan terbuka. 

Seseorang mungkin mencari hubungan baru untuk kembali merasa terhubung dengan orang lain dalam suasana yang menyenangkan. 

Jika dilakukan dengan kesadaran penuh, hubungan ini dapat membantu mereka meneguhkan identitas diri. Serta, membangkitkan semangat menjalani hidup setelah putus cinta.

Dampak pada Kesehatan Mental

Meski demikian, hubungan rebound juga memiliki risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan mental kedua pasangan. 

Jika salah satu pihak sepenuhnya hadir dalam hubungan, sementara yang lain masih terjebak dalam emosi masa lalu.

Hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam hubungan. 

Perbedaan pandangan mengenai kondisi emosional masing-masing bisa menjadi tantangan besar bagi kesejahteraan kedua belah pihak.

Pada akhirnya, keberhasilan sebuah hubungan rebound bergantung pada kesadaran, komunikasi, dan kesiapan emosional kedua pasangan. 

Jika dijalani dengan terbuka dan sehat, hubungan ini bisa menjadi bagian dari proses penyembuhan. 

Namun, jika hanya dijadikan sebagai pelarian, hubungan rebound bisa berisiko menambah luka emosional bagi kedua belah pihak.

Pada akhirnya, rebound relationship bisa jadi pilihan kalau kamu merasa kesepian. Tapi jangan sampai itu jadi pelarian dari rasa sakit hati. Ingat, setiap orang punya waktu yang berbeda-beda untuk move on. Jangan memaksakan diri untuk cepat-cepat punya pacar baru kalau hati belum siap.

(Mauri Pertiwi)

BACA SELANJUTNYA

Antara Poliamori dan Poligami: Memahami Dua Konsep Hubungan yang Berbeda