Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Film “1 Kakak 7 Ponakan” mengisahkan perjalanan seorang Moko (Chicco Kurniawan), yang terpaksa menanggalkan impian dan masa depannya demi menjalani peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi empat keponakannya.
Dengan penggambaran yang mendalam dan penuh empati, film ini membawa kita mengikuti perjalanan Moko, seorang mahasiswa arsitektur yang harus menghadapi kenyataan pahit setelah kakaknya, Atmo, meninggal mendadak, disusul oleh kematian kakak iparnya, Agnes, yang melahirkan seorang bayi.
Beban Ganda Seorang Moko
Di tengah kesulitan dan kehilangan, Moko tiba-tiba menjadi sosok ayah dan ibu bagi keempat keponakannya yang masih anak-anak: Nina, Woko, Ano, dan Ima. Perubahan drastis ini memaksanya untuk mengubur impian-impian besarnya, seperti kuliah di luar negeri dan membuka biro arsitek, demi memenuhi tanggung jawab barunya.
Baca Juga
-
Misteri Tawar-Menawar: Mengapa Perempuan Selalu Lebih Jago?
-
100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran: Hak Perempuan Masih Jadi Agenda Pinggiran?
-
Kecantikan dan Kesehatan Mental: Hubungan yang Tak Terpisahkan dalam Kehidupan Sehari-Hari
-
Ageisme: Diskriminasi Tersembunyi yang Membatasi Potensi Generasi
-
Strategi Work-Life Balance untuk Ibu Bekerja: Keluarga Harmonis, Finansial Terjaga
-
Stigma Negatif pada Tubuh Gemuk, Mengapa Kita Harus Bicara Tentang Fatphobia?
Beban ganda yang dialami Moko semakin rumit ketika Osa, kakak perempuannya, tidak dapat kembali dari Australia untuk membantu, dan Moko merasa terjebak dalam tanggung jawab yang seharusnya dibagi.
Moko berusaha mengimbangi tugas-tugas domestik seperti merawat Ima yang masih bayi, membersihkan rumah, memasak, dan mengurus keponakannya yang lain seorang diri. Ia mengalami tekanan yang berat karena tidak hanya harus menjadi ayah yang bertanggung jawab mencari nafkah, tetapi juga harus menjadi ibu yang memberikan perhatian emosional dan mendidik keponakannya.
Beban Moko semakin rumit dengan kehadiran Osa dan suaminya, Eka, yang justru memperkeruh keadaan. Eka kerap meremehkan pengorbanan Moko, menyebutnya membuang masa muda demi ‘sekadar’ mengasuh keponakan. Ia bahkan menyebut anak-anak itu sebagai beban.
Tak hanya itu, Eka juga bersikap dominan terhadap Osa, sering mengambil keputusan sepihak dan membatasi ruang gerak istrinya. Osa pun menjadi istri yang hanya bisa mengiyakan kemauan suaminya, bahkan ketika Eka akhirnya kabur setelah tersandung kasus investasi bodong.
Ia juga kerap menyuruh-nyuruh Osa dan Moko melakukan berbagai hal untuknya, seperti memasak atau mengambilkan air.
Di tengah tekanan dan cibiran, Moko tetap berusaha bertahan. Moko menghadapi kesulitan sosial dan emosional, seperti tuntutan yang tak pernah berhenti dari Eka yang merasa berhak mendapatkan bantuan dari Moko
Merawat Anak Tak Hanya Menjadi Tugas Perempuan
Kisah Moko mengungkap kritik terhadap ketidakadilan dalam pandangan masyarakat tentang peran gender dalam keluarga. Dalam sistem patriarki, perempuan sering dianggap sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas pengasuhan dan perawatan keluarga.
Realitas ini tercermin dalam survei Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang menemukan bahwa 79,3% perempuan mengalami beban ganda, yaitu harus bekerja sekaligus merawat keluarga.
Sementara itu, 61,6% laki-laki memiliki istri atau saudara perempuan dengan beban ganda, menunjukkan bahwa ketimpangan ini masih umum terjadi di banyak rumah tangga.
Moko menunjukkan bahwa menjadi ‘ibu’ bukanlah soal jenis kelamin, melainkan soal kasih sayang, ketahanan, dan komitmen.
Melalui kisah ini, Moko menantang stereotip gender yang membatasi peran laki-laki dalam keluarga, membuktikan bahwa pengasuhan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya milik perempuan.
(Humaira Ratu)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri