Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sosok Nia Kania Afriani, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan halangan untuk meraih prestasi.
Nia merupakan atlet tuli yang berhasil meraih medali emas cabang lempar lembing pada usia 46 tahun di Pekan Paralimpik Jawa Barat, pada 2022 lalu.
Perjuangan Nia direkam apik lewat serial documenter atau docuseries bertajuk Sosok Baik Indonesia, yang disutradarai Wisnu Surya Pratama.
Baca Juga
-
Di Balik Bayang-Bayang AIDS, Perempuan Rentan Menjadi Korban dan Membutuhkan Perhatian Lebih
-
Setop Diskriminasi! Saatnya Perempuan Disabilitas Berpartisipasi Lebih Aktif dalam Pembangunan Inklusif
-
Makanan Beku Jadi Andalan Kaum Urban Milenial, Masih Peduli Nilai Gizi?
-
KDRT di NTT, Ketidakberdayaan Perempuan Masih Menjadi Masalah Besar
-
Kemampuan Multitasking Perempuan Lebih Baik dari Pria, Mitos atau Fakta?
-
Self Care: Bukan Sekadar Tren Media Sosial, tapi Kebutuhan Milenial di Era Modern
"Kisah Ibu Kania adalah bukti nyata bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk meraih impian besar," ujar Wisnu, Selasa (3/12/2024).
Kania lahir dengan kondisi sebagai tunarungu. Setelah lulus sekolah, ia sempat menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Semangat pantang menyerah kemudian membawanya untuk mencoba berbagai usaha, hingga akhirnya bekerja di sebuah restoran cepat saji.
Lingkungan kerja yang mendukung menjadi titik balik dalam hidupnya, memberi keberanian untuk mengejar impian sebagai atlet.
Pada 2022, Kania berhasil meraih medali emas di Pekan Paralimpik Daerah Jawa Barat.
"Meskipun sempat diremehkan karena usia saya, saya percaya bahwa kerja keras dan semangat tidak mengenal batasan," kata Kania.
Tiga Episode, Tiga Cerita Inspiratif
Selain Kania, Sosok Baik Indonesia juga menyoroti kehidupan Khudori, seorang petani yang berhasil memodernisasi pertanian di desanya, dan Jayadi, penyintas gempa Lombok yang memperkuat komunitas adat di Bali.
Wisnu mengungkapkan bahwa ketiga tokoh ini memiliki satu kesamaan: keberanian untuk melampaui keterbatasan dan memberikan dampak positif bagi orang lain.
"Ketiga kisah ini menggambarkan bahwa perjuangan individu bisa mencerminkan realitas sosial yang lebih luas," jelas Wisnu.
Proses produksi Sosok Baik Indonesia dilakukan selama 11 bulan, dengan lokasi pengambilan gambar di Bandung, Garut, dan Bali.
Docuseries ini tayang perdana di akun YouTube @niatbaikhasilbaik_id, yang didedikasikan untuk mengangkat cerita inspiratif dari berbagai daerah di Indonesia.
Wisnu berharap karya ini bisa menginspirasi generasi muda untuk terus berjuang dan berkontribusi bagi lingkungan sekitar.
Penulis: Nurul Lutfhia Maryadi
Terkini
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan
- Mengenal Sunday Scaries, Rasa Cemas yang Timbul di Hari Minggu
- Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
- Tren Kabur Aja Dulu: Antara Impian dan Realita, Sejauh Mana Keseriusannya?