Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Tinggal di luar negeri merupakan impian banyak anak muda Indonesia. Hal itu bisa diwujudkan, salah satunya melalu program yang diberi nama Au-pair.
Au-pair sendiri merupakan program yang memungkinkan seseorang tinggal bersama keluarga angkat di negara lain untuk membantu mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga ringan.
Program ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengenal budaya baru, mempelajari bahasa, dan menjelajahi negara lain sambil mendapatkan uang saku dari host family.
Baca Juga
-
Ketidakadilan di Lingkungan Kerja, Ketika Abuse of Power Jadi Isu Nasional
-
Fragile Masculinity: Ketika Perempuan Diharapkan Pasif dan Bergantung Pada Laki-Laki
-
Satine, Perjalanan Memahami Rasa Kesepian Lewat Karya Terbaru Ika Natassa
-
Suka Menumpuk Barang Tak Terpakai? Keterikatan Emosional yang Sulit Lepas pada Penderita Hoarding Disorder
-
Survei: Banyak Gen Z Khawatir dengan Masa Depan Hingga Picu Gangguan Kesehatan Mental
-
LBH APIK Jakarta Desak Pembukaan Kembali Penyelidikan Kasus Kekerasan Seksual di Kedutaan Besar
Tugas dan Peran Au-Pair
Reynitra Ramdhany, seorang au-pair yang tinggal di Belanda, menegaskan bahwa au-pair tidak bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga berat.
“Au-pair itu tugasnya cuma mengasuh anak, kayak jadi kakak untuk anak-anak mereka, bantuin belajar, temani main, tapi kita gak perlu beres-beres rumah,” Ujar Reynitra yang akrab disapa Rere saat Live bersama Dewiku pada Kamis (23/01) lalu.
Ia menambahkan, pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah bukanlah bagian dari tugas au-pair.
"Gak perlu beres-beres rumah misalnya kalau rumah lagi kotor, karena itu sebenernya bukan tanggung jawab kita," ujar Rere.
Namun, Rere juga mengingatkan bahwa banyak sekali kasus di mana au-pair justru diperlakukan tidak sesuai dengan tugas mereka.
"Apalagi kan banyak ya kasus yang begitu, yang bikin orang itu diperlakukan kaya asisten rumah tangga sama host family-nya, kalau kita melakukan hal yang diluar jobdesk kita, mereka malah jadi seenaknya gitu," tambahnya.
Jika mengalami perlakuan yang tidak adil, Rere menyarankan agar segera melapor.
"Kalau sampe ada abuse atau diperlakukan gak sesuai dengan jobdesk, itu bisa langsung dilaporin aja ke agency yang menyalurkan kita," ungkapnya.
Pentingnya Menjalin Hubungan Baik dengan Host Family
Rere menyarankan untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan keluarga angkat.
“Harus deket sama host family biar di sana tuh sama-sama enak dan nyaman, saling percaya gitu," ujarnya.
Selain itu, bergabung dengan komunitas au-pair di negara tempat tinggal juga sangat dianjurkan.
"Langsung aja join ke komunitas au-pair di negara masing-masing. Di komunitas itu biasanya saling peduli, jadi kita akan dibantu dan dilindungi juga," kata Rere.
Tantangan dan Solusi dalam Program Au-Pair
Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah sulitnya menemukan host family yang cocok. Beberapa calon au-pair bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk dipilih oleh keluarga angkat.
Untuk mengatasi hal ini, Rere menyarankan agar para calon au-pair meningkatkan profil mereka.
"Tingkatin profil di akun au-pair kalian supaya lebih banyak host family yang tertarik," ujarnya.
Menurut Rere, dengan profil yang lebih lengkap, termasuk pengalaman dan keahlian yang relevan, host family akan lebih mudah tertarik.
"Misalnya tambahin keahlian bahasa atau pengalaman kerja yang relevan, itu bisa menarik perhatian host family," tambahnya.
Selain itu, Rere mengapresiasi tinggi toleransi yang ada di Belanda.
"Di sini toleransinya tinggi banget, jadi soal diskriminasi sih, gak ada masalah besar, meskipun aku perempuan dan berhijab" ujarnya.
Ia merasa sangat nyaman tinggal di Belanda karena menerima perlakuan yang baik dari masyarakat dan host family.
“Orang-orang di sini sangat ramah dan menerima kita dengan baik,” tambahnya.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri