Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Penulis Ika Natassa kembali memukau para pembacanya dengan novel terbarunya yang berjudul Satine.
Novel ini resmi diluncurkan di Ganara Art Space, Plaza Indonesia, Jakarta, dalam kerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama, pada Sabtu (11/01) lalu.
Peluncuran ini digadang-gadang menambah daftar panjang kesuksesan Ika Natassa, yang dikenal melalui karya-karya seperti A Very Yuppy Wedding, Divortiare, hingga Critical Eleven.
Kesuksesan Satine bahkan sudah terlihat sebelum peluncuran resminya. Pada masa pre-order spesial November 2024, novel ini berhasil terjual lebih dari 2.000 eksemplar. Hal ini menunjukkan antusiasme besar dari para penggemar setia Ika Natassa.
Baca Juga
-
Suka Menumpuk Barang Tak Terpakai? Keterikatan Emosional yang Sulit Lepas pada Penderita Hoarding Disorder
-
Survei: Banyak Gen Z Khawatir dengan Masa Depan Hingga Picu Gangguan Kesehatan Mental
-
Mau Kuliah atau Kerja, Apa yang Harus Dipersiapkan Saat Pindah ke Luar Negeri?
-
Stunting Ternyata Bisa Dialami Anak dari Keluarga Mampu, Kok Bisa?
-
4 Fakta Menarik Budaya Kencan di Asia: Perempuan Indonesia Lebih Materialistis?
-
Indonesia Darurat Kekerasan Anak, Tanda Pemerintah Gagal Melindungi Generasi Muda?
Novel ini menghadirkan kisah dua karakter utama, Satine dan Ash, yang mengeksplorasi tema mendalam tentang kesepian.
Dalam ceritanya, Satine dan Ash adalah dua jiwa kesepian yang dipertemukan oleh sebuah kontrak dan aturan tertulis, sehingga membawa pembaca menyelami emosi terdalam manusia.
Tema kesepian yang diangkat Ika Natassa dalam Satine terasa universal dan relevan bagi banyak orang.
"Kesepian adalah satu perasaan yang pernah dirasakan semua orang," ungkap Ika Natassa.
Dengan latar cerita yang menggambarkan bagaimana pertemuan dan perpisahan dipengaruhi oleh takdir, novel ini menyodorkan pertanyaan mendalam: "Jika semua hal di muka bumi ini diatur oleh takdir, apakah pertemuan dan perpisahan juga harus takluk pada takdir?"
Menurut Ika, Satine merupakan refleksi personalnya mengenai kesepian.
"Di novel ini, kesepian menjadi saat di mana kita akhirnya dimampukan mendengar suara hati yang selama ini kita abaikan," tuturnya.
"Setelah menjalani hidup single sekian lama, sejujurnya aku sudah sampai di titik ikhlas jika aku ternyata ditakdirkan untuk tidak bertemu jodohku di dunia, tapi mungkin di akhirat. I’ve made peace with that. Tapi, seseorang yang sudah ikhlas sendiri bukan berarti tidak merasa kesepian. I’m happy, but I’m also lonely sometimes."
Cuitan ini mengungkapkan sisi manusiawi Ika yang mungkin jarang diketahui penggemarnya. Ia juga berbagi pengalaman pribadi saat menghadapi kondisi darurat orang tuanya seorang diri.
“Berupaya kuat sendiri itu bukan sesuatu yang mustahil, tapi nggak mudah,” tulisnya dikutip Dewiku dari cuitan Ika, ditulis Selasa, (28/1/2025).
Sebagai novel kesebelas, Satine melanjutkan jejak karya Ika Natassa yang ikonis, di mana beberapa di antaranya telah diadaptasi menjadi film layar lebar, seperti The Architecture of Love dan Heartbreak Motel.
Adaptasi ini bahkan berhasil mendapatkan apresiasi luas, termasuk nominasi di Festival Film Indonesia.
Dengan peluncuran Satine, Ika Natassa kembali membuktikan kemampuannya sebagai penulis yang mampu menggugah emosi pembaca. Novel ini tidak hanya menjadi refleksi mendalam tentang kesepian, tetapi juga mengajak pembaca merenungkan peran takdir dalam kehidupan.
"Momen-momen kesepian itu yang kuingat saat aku menulis Satine. Momen di mana aku kadang bertanya-tanya: apakah seorang Ika Natassa berhak bahagia untuk semuanya kecuali urusan cinta?" tanya Ika.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri