Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Poligami adalah praktik pernikahan yang masih menuai pro dan kontra di masyarakat. Salah satu aspek yang jarang dibahas secara mendalam adalah dampaknya terhadap anak-anak yang tumbuh dalam keluarga poligami.
Banyak penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak dalam keluarga poligami sering menghadapi berbagai tantangan psikologis dan sosial yang dapat berpengaruh terhadap masa depan mereka.
Kurangnya Perhatian dan Kasih Sayang
Dosen Sosiolog UIN Jakarta, Ida Rosyidah menyoroti salah satu dampak utama poligami terhadap anak adalah berkurangnya perhatian yang mereka terima dari orang tua.
Baca Juga
-
Stigma Negatif pada Tubuh Gemuk, Mengapa Kita Harus Bicara Tentang Fatphobia?
-
Polemik Tes Kehamilan di Sekolah: Pelanggaran Privasi atau Upaya Pencegahan?
-
Fenomena Kelangkaan Gas Melon yang Mengusik 'Jantungnya' Rumah Tangga
-
Rahasia Mengelola Penghasilan Kecil agar Bisa Meraih Kebebasan Finansial
-
Keuangan Aman Untuk Mama Muda: Panduan dari Alexandra Askandar, Wakil Presiden Direktur Bank Mandiri
-
Physical Touch: Bahasa Cinta yang Tak Identik dengan Seks
"Dampak negatif utama dari poligami dirasakan oleh anak-anak. Mereka membutuhkan perhatian penuh dari orangtua, sementara dalam keluarga poligami, perhatian tersebut terbagi, terutama jika orang tua tidak tinggal serumah," ujar Ida kepada Dewiku, Jumat (31/01).
Dalam keluarga poligami, seorang ayah harus membagi waktu dan perhatiannya kepada lebih dari satu istri dan anak-anak dari berbagai keluarga.
Hal ini membuat anak-anak sering kali merasa kurang diperhatikan, terutama ketika mereka harus berbagi kasih sayang dengan saudara tiri dari ibu yang berbeda.
Kecemburuan Sosial dan Rasa Tidak Aman
Ida mengatakan, kecemburuan sosial menjadi salah satu tantangan besar bagi anak-anak yang tumbuh dalam keluarga poligami. Mereka sering kali membandingkan perlakuan yang diterima dengan saudara tiri mereka.
"Anak-anak dalam keluarga poligami sering kali merasa perhatiannya berkurang. Mereka mulai membandingkan kasih sayang yang diterima di keluarga inti dengan yang diterima oleh saudara tiri," ujar Ida.
Hal ini dapat menimbulkan perasaan kurang dihargai dan tidak memiliki ikatan emosional yang kuat dengan keluarga inti mereka.
Trauma dan Kebencian terhadap Orang Tua
Ida menjelaskan bahwa banyak anak dari keluarga poligami mengalami trauma emosional yang mendalam, terutama jika mereka merasa bahwa salah satu orang tua mereka ditelantarkan.
"Beberapa anak akhirnya tumbuh dengan perasaan benci terhadap ayah mereka karena merasa bahwa ibu mereka telah ditelantarkan," tambah Ida.
Ia juga mengatakan dalam beberapa kasus, anak-anak yang melihat ibunya menderita akibat poligami akan mengembangkan kebencian terhadap ayah mereka.
Hal ini dapat berdampak pada hubungan keluarga yang kurang harmonis dan bahkan mempengaruhi cara mereka membangun keluarga di masa depan.
Dari banyak sisi, poligami memiliki potensi untuk menimbulkan dampak negatif pada kesejahteraan emosional anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dampak tersebut dan mencari solusi untuk meminimalkan risiko yang ditimbulkan, agar anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia.
(Humaira Ratu)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri