Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Cyberstalking atau penguntitan melalui dunia maya, telah menjadi ancaman serius yang menghantui perempuan di seluruh dunia. Dengan kemajuan teknologi dan akses internet yang semakin luas, pelaku kekerasan kini memiliki alat baru untuk melecehkan, mengintimidasi, dan mengontrol korban mereka.
Menurut Psychology Today, skenario dari Cyberstalking adalah orang yang melecehkan mantan pasangannya setelah berpisah, intimidasi rasis, hingga ancaman untuk memeras uang oleh orang yang memiliki gambar telanjang atau informasi memalukan lainnya, seperti deep fake (video atau foto yang dihasilkan AI).
Menurut laporan dari Pew Research Center, sekitar 53% perempuan muda di Amerika Serikat mengalami pelecehan online dalam berbagai bentuk, termasuk cyberstalking.
Baca Juga
-
Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
-
Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru
-
Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
-
Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
-
Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
-
Alasan Mengapa Maret jadi Bulan Perempuan
Danielle Keats Citron, seorang profesor hukum dan penulis buku Hate Crimes in Cyberspace, menegaskan bahwa Cyberstalking berdampak pada kesehatan mental dan fisik korban.
"Cyberstalking tidak hanya berdampak pada kehidupan digital korban, tetapi juga merusak kesehatan mental dan fisik mereka," ujarnya.
Di mana, perempuan mengalami depresi dan kecemasan akibat dari Cyberstalking ini. Perempuan juga, mengalami ketidakpercayaan kepada siapapun lagi.
Kenapa perempuan lebih rentan mendapatkan Cyberstalking?
- Banyak negara yang belum memiliki hukum spesifik terkait Cyberstalking, sehingga sulit bagi korban untuk mendapatkan keadilan
- Perempuan sering kali diobjektifikasi di ruang digital, menjadikan mereka target utama pelecehan
- Dengan berkembangnya media sosial dan teknologi pelacakan, pelaku lebih mudah mengintai dan mengancam korban
Menurut Karen Walsh, seorang ahli keamanan cyber, pelaku Cyberstalking sering kali merasa lebih berani karena anonimitas yang diberikan oleh internet.
Dilansir Very Well Mind, penting bagi kita untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan guna melindungi diri dari Cyberstalking, berikut langkahnya:
- Jadikan keamanan sebagai prioritas utama: selalu memastikan ponsel dan akun sosial media seaman mungkin, dengan memberikan kata sandi yang sulit, berhati-hati saat menggunakan wifi publik, dan jangan meninggalkan ponsel atau laptop dalam keadaan terbuka.
- Melindungi identitas diri: memanfaatkan pengaturan keamanan dari ponsel dan pengaturan privasi sekuat mungkin, menghindari untuk menunjukkan alamat saat memposting gambar.
Jika kalian merasa sudah parah dalam diancam, perlu mengambil tindakan tegas. Dengan melaporkan pelaku ke pihak berwenang dan menyerahkan bukti.
Dengan meningkatkan kesadaran dan memperkuat perlindungan digital ini juga, perempuan dapat lebih aman dalam beraktivitas di dunia maya.
Penulis: Mauri Pertiwi
Terkini
- Lebih dari Sekadar Musik, Ada Pesan Pemberdayaan Perempuan dari JENNIE Lewat Album Ruby
- Rahasia Tangguh: Kuasai Self-Compassion untuk Kesehatan Mental
- Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
- Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera