Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Siapa pun tahu kalau Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi seorang anak di awal kehidupannya, terutama di enam bulan pertama. Manfaatnya tak main-main, mulai dari meningkatkan imunitas tubuh, memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan, hingga menunjang pertumbuhan dan perkembangan otak.
Selama ini, yang kita tahu, ASI hanya dihasilkan oleh ibu yang baru melahirkan, dan diberikan baik secara langsung melalui payudara ataupun tidak langsung kepada bayinya. Padahal faktanya, meskipun tidak melahirkan, perempuan tetap dapat memberikan ASI.
ASI yang diberikan oleh perempuan yang tidak hamil dan melahirkan ini disebut dengan ASI Induksi, dan produksinya dirangsang dengan teknik induksi laktasi.
Lalu, siapa yang bisa melakukan induksi laktasi ini?
Baca Juga
-
Heboh Pergub Poligami: Mengapa Negara Harus Ikut Campur Dalam Urusan Rumah Tangga ASN?
-
Solidaritas Perempuan di Era Digital: Gerakan #MeToo Menggugah Kesadaran dan Menuntut Perubahan
-
Jakarta Hadirkan Mobil SAPA, Layanan Konseling Keliling Khusus Perempuan dan Anak
-
Retail Therapy: Obat Mujarab untuk Hati yang Sedih atau Jebakan Konsumtif?
-
Awas Terjebak Logical Fallacy: Bikin Kita Melakukan Kesalahan dalam Berpikir
-
1 dari 10 Gen Z Diprediksi Bakal Berstatus 'Manajer' di Tahun 2025
Nah, induksi laktasi ini umumnya dilakukan oleh ibu yang sempat berhenti menyusui, atau perempuan yang ingin menyusui bayi adopsi.
Inilah yang yang dilakukan oleh Zaskia Sungkar baru-baru ini. Istri dari Irwansyah itu diketahui baru saja mengadopsi bayi perempuan bernama Humaira. Dalam laman Instagramnya, ia membagikan ceritanya tengah menjalani proses induksi laktasi untuk bayi yang diadopsinya itu.
"Doakan ya sedang program laktasi, semoga Allah mudahkan meng-ASI-hi Humaira. Biidznillah," tulis Zaskia Sungkar, dikutip Dewiku, Selasa (21/1/2025).
Induksi laktasi sendiri adalah proses merangsang produksi ASI pada perempuan yang tidak hamil atau menyusui. Proses ini melibatkan berbagai teknik dan stimulasi untuk mengaktifkan kelenjar susu dan merangsang produksi hormon prolaktin, yang berperan penting dalam produksi ASI.
Mengutip dari La Leache League USA, Jack Newman, Konsultan Laktasi Bersertifikat Internasional, proses induksi laktasi dibagi menjadi tiga tahap berikut:
1. Menyiapkan Payudara untuk Menyusui
Hormon kehamilan berperan dalam merangsang produksi prolaktin, hormon yang bertanggung jawab atas produksi ASI.
Untuk membantu persiapan ini, ibu dapat menjalani terapi hormon guna merangsang perkembangan jaringan kelenjar payudara.
Petugas kesehatan mungkin akan merekomendasikan terapi hormon dengan menambahkan estrogen dan progesteron untuk meniru kondisi hormonal selama kehamilan.
Terapi hormon ini biasanya berlangsung selama beberapa bulan, dan dihentikan sekitar dua bulan sebelum menyusui. Langkah ini bertujuan untuk merangsang produksi ASI dan meningkatkan pelepasan hormon prolaktin.
2. Memproduksi ASI Sebelum Bayi Lahir
Pada ibu angkat, produksi ASI cenderung lebih lambat dibandingkan ibu yang hamil. Nah, untuk membantu meningkatkan produksi ASI, ibu dapat melakukan hal-hal berikut:
- Memompa ASI: Lakukan perlahan selama 5–10 menit per sesi, kemudian tingkatkan menjadi 15–20 menit setelah terbiasa.
- Mengonsumsi suplemen penambah ASI.
- Pijat payudara.
3. Menyusui Bayi Secara Langsung
Umumnya, ASI akan mulai keluar dalam waktu 6—8 minggu sejak proses induksi laktasi dimulai.
Siapa pun yang ingin melakukan induksi laktasi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penjelasan lengkap tentang prosesnya. Dan apabila menghadapi kesulitan saat menyusui dengan metode ini, bisa juga meminta bantuan dari konsultan laktasi.
Fakta ASI Induksi
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, bagaimana kualitas ASI induksi dibandingkan dengan ASI pada umumnya? Simak lima fakta seputar ASI induksi menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berikut:
1. Bisa diberikan meskipun tidak hamil atau melahirkan
Produksi ASI dipengaruhi oleh rangsangan pada payudara, seperti isapan bayi atau aktivitas memerah ASI, yang mengirimkan sinyal ke otak untuk memicu hormon prolaktin.
Hormon ini dilepaskan oleh hipofisis bagian depan di otak, masuk ke aliran darah, dan memicu refleks prolaktin, yang berperan penting dalam produksi ASI.
Karena proses ini diatur oleh hormon dari otak, bukan hormon reproduksi, perempuan yang tidak melalui kehamilan atau persalinan tetap memiliki potensi untuk memproduksi ASI.
2. Kualitas ASI Sama Baiknya
Meskipun ASI keluar melalui proses induksi laktasi tanpa proses kehamilan, tetapi kandungan gizinya sama.
Kandungan ASI pada perempuan yang melakukan relaktasi ataupun induksi laktasi tidak berbeda dibandingkan dengan yang menyusui sejak kelahiran bayinya. Namun, kolostrum tidak diproduksi oleh perempuan yang tidak pernah hamil. Meski begitu, jumlah total protein dan imunoglobulin adalah sama pada hari kelima induksi.
3. Rentang Waktu Keluarnya ASI Berbeda
Waktu yang diperlukan untuk memulai produksi ASI melalui induksi bervariasi pada setiap perempuan.
Biasanya, ASI mulai diproduksi dalam satu hingga enam minggu, dengan rata-rata sekitar empat minggu. Namun, dalam beberapa kasus, ASI induksi dapat mulai keluar dalam dua hingga enam hari.
Proses relaktasi sebagian umumnya tercapai dalam empat hingga 28 hari, sementara relaktasi penuh membutuhkan waktu antara tujuh hingga 60 hari.
4. Dipengaruhi Oleh Usia Bayi
Usia bayi juga mempengaruhi keberhasilan induksi laktasi. Seorang perempuan akan lebih banyak kemungkinan untuk berhasil relaktasi maupun induksi laktasi pada bayi yang usianya baru lahir sampai bayi berusia kurang dari delapan minggu.
Hal tersebut terjadi karena isapan bayi yang masih kuat dan keinginan menyusu bayi yang masih besar.
5. Harus Dilakukan dengan Rutin Memijat Payudara
IDAI menyarankan perempuan yang mengadopsi bayi dan melakukan ASI induksi untuk rutin memijat payudara dan memerah setiap tiga jam, serta satu kali pada malam hari selama 10-15 menit setiap kali dalam 3-6 bulan sebelum bayi datang.
Selain menggunakan tangan, pemerahan ASI juga dapat dilakukan dengan menggunakan dua pompa listrik pada kedua payudara.
(Nurul Lutfia)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri