Rabu, 12 Februari 2025
Risna Halidi : Sabtu, 01 Februari 2025 | 09:45 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Dunia dirgantara Amerika Serikat tengah berduka setelah pesawat American Airlines penerbangan 5342 bertabrakan dengan helikopter militer Black Hawk di langit Washington, D.C., pada 29 Januari 2025 lalu. 

Kecelakaan ini menewaskan 67 orang dan memicu perdebatan soal kebijakan lalu lintas udara di sana. Uniknya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, malah menyalahkan kebijakan DEI di badan aviasi Amerika yaitu Federal Aviation Administration (FAA).

Trump menyebut, kebijakan Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) di FAA jadi penyebab kecelakaan tersebut. Ia menuding bahwa inisiatif tersebut menyebabkan penurunan standar perekrutan pekerja di FAA.

"Mereka benar-benar mengeluarkan arahan: 'terlalu putih.' Dan kami ingin orang-orang yang kompeten," ujar Trumps seperti dikutip Dewiku dari ABC News, ditulis Jumat (31/1/2025).

Trump juga menuding bahwa kebijakan DEI telah menyebabkan perekrutan pengawas lalu lintas udara (ATC) hanya berdasarkan ras dan gender, bukan kompetensi. Namun, kritik terhadap kebijakan DEI tidak didukung oleh bukti langsung yang mengaitkannya dengan insiden tersebut. 

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa menara pengawas di Bandara Nasional Reagan mengalami kekurangan staf saat kecelakaan terjadi. Hanya satu petugas ATC yang bekerja, jauh dari standar operasional yang seharusnya.

Miskomunikasi antara ATC, pilot American Airlines, dan helikopter Black Hawk diduga menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan.

Kebijakan pembekuan perekrutan petugas ATC yang diberlakukan Trump beberapa hari sebelum insiden ini juga menuai kritik. Dilansir dari LiveMint, FAA sudah mengalami krisis tenaga kerja sebelum insiden ini, dan penghentian perekrutan justru memperburuk keadaan.

Trump Menganggap DEI Sebagai "Indoktrinasi" dan "Rasisme Terbalik" 

Kebijakan Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) telah diadopsi di berbagai sektor di AS, baik di pemerintahan, korporasi, hingga pendidikan. 

Tujuannya untuk menciptakan lingkungan kerja dan sosial yang lebih beragam, adil, dan inklusif, terutama bagi kelompok yang selama ini kurang terwakili dalam berbagai posisi strategis.

Pada September 2020, Donald Trump menandatangani Perintah Eksekutif 13950, yang melarang pelatihan DEI dalam lembaga federal dan kontraktor pemerintah. 

Menurut Trump, pelatihan DEI mengajarkan konsep yang dianggapnya "berbahaya", seperti "white privilege" dan "systemic racism", yang ia klaim justru memecah belah bangsa.

Namun, kebijakan ini dibatalkan setelah Joe Biden saat menjabat sebagai presiden. Melalui Perintah Eksekutif 14035, Biden secara resmi mewajibkan semua lembaga federal untuk meningkatkan upaya keberagaman dan inklusi dalam perekrutan serta promosi pegawai.

Setelah Trump kembali berkuasa, kebijakan DEI kembali menjadi sasaran utama pemerintahannya. Ia berencana mencabut kebijakan DEI secara luas, termasuk di sektor pemerintahan dan  pendidikan. 

Menteri Perhubungan AS, Pete Buttigieg, membela kebijakan DEI dan menekankan pentingnya mempertahankan standar keselamatan yang tinggi. Ia menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut berkontribusi pada kecelakaan tersebut.

Penyelidikan oleh National Transportation Safety Board (NTSB) masih berlangsung untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan ini. Sementara itu, perdebatan mengenai dampak kebijakan DEI terhadap keselamatan penerbangan terus berlanjut.

BACA SELANJUTNYA

8 Arti Mimpi Ketinggalan Pesawat, Takut Salah Ambil Keputusan?