Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pernah, nggak, membayangkan punya teman atau sahabat yang usianya jauh berbeda? Dulu, mungkin hal ini terdengar aneh. Namun, seiring berjalannya waktu, persahabatan lintas generasi semakin umum terjadi. Kamu yang berusia 20-an, bisa saja berteman, bahkan bersahabat, dengan mereka yang usianya 10 atau 20 tahun di atasmu.
Nah, belakangan, persahabatan lintas generasi semakin populer. Ada beberapa faktor yang mendorong kita semakin mudah berteman dengan mereka yang berbeda usia, di antaranya faktor media sosial dan platform online yang kian memudahkan orang dari berbagai usia untuk terhubung dan saling mengenal.
Kemudian juga nilai-nilai individualisme dan toleransi yang semakin tinggi, yang membuat orang lebih terbuka untuk menjalin persahabatan dengan siapa saja, tanpa memandang usia.
Melansir dari Womens Health Mag, persahabatan lintas generasi adalah hubungan antara orang-orang dari kelompok usia yang berbeda, seperti Generasi Alfa, Generasi Z, Milenial, bahkan Baby Boomer. Kesenjangan usia antara teman-teman ini dapat berkisar antara 10 hingga 20 tahun atau lebih.
Persahabatan lintas generasi ini memang bukan sesuatu yang lumrah. Namun, menurut AARP survey, 37 persen orang dewasa saat ini memiliki teman dekat dari generasi yang berbeda.
Baca Juga
-
Mengenal Program Au-Pair: Bukan Kerja Tapi Menjadi Bagian Keluarga
-
Ketidakadilan di Lingkungan Kerja, Ketika Abuse of Power Jadi Isu Nasional
-
Fragile Masculinity: Ketika Perempuan Diharapkan Pasif dan Bergantung Pada Laki-Laki
-
Satine, Perjalanan Memahami Rasa Kesepian Lewat Karya Terbaru Ika Natassa
-
Suka Menumpuk Barang Tak Terpakai? Keterikatan Emosional yang Sulit Lepas pada Penderita Hoarding Disorder
-
No Buy Challenge, 5 Tips yang Bikin Kamu Lebih Hemat di Tahun 2025
Alasan Persahabatan Lintas Generasi
Ada banyak manfaat memiliki teman dari generasi yang berbeda, berapa pun usiamu. Orang yang lebih muda dapat menerima saran tentang cara menangani tantangan yang akan mereka hadapi di kemudian hari, seperti menikah atau membeli rumah, dan tahap kehidupan, seperti menjadi orang tua dan menopause. Demikian menurut Marc Schulz, PhD, seorang profesor psikologi di Bryn Mawr College dan direktur asosiasi Harvard Study of Adult Development.
Di sisi lain, orang yang lebih tua dapat mempelajari cara berpikir baru yang modern dan menikmati mengingat pengalaman masa muda mereka, tambahnya.
Ditambah lagi, pertemanan dengan orang-orang seusia bisa jadi menantang karena kamu mungkin akan bertanya-tanya apakah bisa mengimbangi kehidupan teman-temanmu yang berada dalam tahap kehidupan yang sama.
Menurut Charlynn Ruan, PhD, seorang psikolog klinis dan pendiri Thrive Psychology Group, memberi contoh. Misalnya, jika kamu lajang tetapi semua temanmu sudah punya pacar atau menikah, kamu mungkin merasa cemas karena “tertinggal” dalam hidup. Namun, tekanan ini tidak ada dengan teman-teman dari generasi yang berbeda, karena kamu dan temanmu berada di jalur kehidupan yang berbeda.
Selain itu, “kita mungkin merasa perlu mengubah kepribadian atau perilaku kita karena kita diharapkan [untuk] tampil dengan cara tertentu di sekitar teman-teman kita,” kata Minaa B, seorang pekerja sosial berlisensi dan penulis buku Owning Our Struggles.
Tantangan dalam Persahabatan Lintas Generasi
Meskipun memiliki banyak manfaat, persahabatan lintas generasi juga menghadapi beberapa tantangan, seperti perbedaan nilai dan pandangan hidup, kurangnya waktu bertemu karena kesibukan masing-masing individu, serta stereotipe negatif tentang generasi tertentu yang dapat menghambat terbentuknya persahabatan yang tulus.
Namun, persahabatan lintas generasi adalah sebuah anugerah yang dapat memperkaya hidup kita. Dengan saling menghormati perbedaan dan menghargai nilai-nilai yang dimiliki masing-masing generasi, kita dapat membangun hubungan yang kuat dan bermakna.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri